Anies Ingin Jokowi Dikecam Dunia, Namun Kebohongannya Malah Terbongkar


Anies memang tak pernah sepi dari perbincangan warganet. Selalu saja ada hal-hal baru tentang dirinya untuk menjadi topik percakapan. Sikapnya yang kerap membuat publik mengernyitkan dahi itu, menjadikannya sebagai topik hangat untuk dibahas. Tidak jarang pula nama Anies Baswedan menjadi trending topic di media sosial twitter.

Bicaranya penuh optimis. Tapi semuanya berhenti di situ saja. Tindak lanjutnya minim. Saban hari rakyat ia bohongi sehingga mesin pencari Google “menggelarinya” sebagai “Gubernur Pembohong.” Selain ia kerap berkata tidak benar, ia juga tidak mampu mengeksekusi segala janjinya. Dan lagi-lagi, Google menyematinya nama lain, “Gubernur Bodoh.”

Kelihaiannya bersilat lidah serta ketidakmampuannya melaksanakan tugas-tugas pokok dan fungsinya, mungkin menjadi alasan paling pokok Presiden Jokowi kenapa ia akhirnya didepak dari Kabinet Kerja yang ia pimpin. Dan sepak terjangnya selama 3 tahun terakhir menjadi Gubernur DKI Jakarta, menyadarkan kita bahwa Anies memang tidak cukup kapabel menjadi pemimpin.

Tetapi Anies seperti tidak terima dengan segala kelemahannya itu. Ia bahkan merasa sebagai gubernur paling mampu, paling banyak terobosan, pemimpin yang paling paham seluk-beluk kegubernurannya. Dari omongannya selama ini, ia bahkan merasa diri lebih hebat dan lebih jago dari Presiden Jokowi, sosok yang 4 tahun lalu mendepaknya dari Istana.

Dalam beberapa kesempatan ia secara terbuka memilih berbeda dengan presiden. Ia yang semestinya loyal, tapi ia kerap menjadikan presiden sebagai saingan yang harus dikalahkan. Dalam pikiran Anies, Jakarta seakan-akan terpisah dari Indonesia. Jakarta ya Jakarta, dan Indonesia ya Indonesia. Ia seperti tidak ingin Jakarta dicampuri oleh presiden.

Namun lucunya, pada kesempatan lain, ia juga terkadang lebih rendah dari pengemis. Merengek-rengek seperti anak kecil meminta uang jajan kepada ibunya. Terkait masalah bantuan sosial untuk warga DKI misalnya. Sebelumnya telah disepakati bahwa 3,6 juta orang (1,3 juta KK) akan diberikan oleh pusat, dan 1,1 juta KK lainnya bersumber dari Pemprov DKI.

Nah, belakangan Anies berulah. Ia menyebut bahwa DKI sudah tidak lagi punya uang. Ia lepas tangan. Benarkah DKI sedang kere? Lebih dari Rp. 10 triliun dari APBD-nya telah direalokasi untuk penanganan Covid-19, dan Rp. 6,2 triliun di antaranya diperuntukkan untuk bansos. Lalu ke mana semua uang itu? Kenapa kas DKI tiba-tiba kosong?

Anies sepertinya ingin menciptakan sebuah kekacauan baru. Anies ingin agar rakyat di bawah yang tidak dapat bansos marah, memaki, hingga menyalahkan presidennya. Setelah kekacauan itu terjadi, ia lalu akan muncul bak seorang pahlawan. Ia lantas akan dipuja sebagai pemimpin yang memperhatikan rakyatnya, gubernur rasa presiden.

Dan hal itu sesungguhnya telah terjadi. Ketika ia menyatakan Jakarta kehabisan uang, Menteri Keuangan, Menteri Sosial, dan Menteri Koordinator PMK segera bereaksi. Ketiga menteri itu mempertanyakan komitmen Anies untuk memenuhi janjinya sebagaimana ia pernah utarakan dalam rapat terbatas kabinet. Strike! Pancingan Anies berhasil!

Menanggapi pernyataan ketiga menteri Jokowi itu, Anies lantas mengeluarkan pernyataan bahwa Pemprov DKI sesungguhnya telah menyiapkan anggaran sebesar Rp. 5 triliun untuk bansos. Lalu kenapa Anies bilang DKI kehabisan uang? Anies sengaja melakukannya agar kekisruhan terjadi. Ia lalu muncul seperti pahlawan demi melambungkan namanya.

Belum lagi kekacauan terkait bansos selasai, Anies menciptakan kekacauan baru lagi. Kali ini ia menebar kebohongan terkait penanganan Covid-19 kepada dunia internasional. Tujuannya apa? Lagi-lagi, ia ingin agar masyakat dunia menganggapnya sebagai pahlawan, sebaliknya menganggap Jokowi sebagai pemimpin yang lamban dan plin-plan.

Dalam wawancaranya dengan The Sydney Morning Herald dan The Age, salah satu poin yang ia sampaikan adalah bahwa sejak Januari ia sudah melacak kasus-kasus potensial Covid-19 di Jakarta. Ia lalu melakukan berbagai persiapan termasuk menyediakan hotline yang terhubung ke 190 rumah sakit di Jakarta, serta mengusulkan agar pemerintah pusat mengizinkan DKI Jakarta melakukan tes, tetapi menurut pengakuannya, usul itu ditolak.

Pengakuannya itu jelas-jelas penuh kebohongan dan fitnah. Yang benar adalah bawah pada bulan Januari, Anies masih sibuk mengurusi banjir, yang sejak awal tahun 2020 hingga Februari tak kurang dari 6 kali menggenangi Jakarta. Dan pada Januari pula Anies membabat habis ratusan batang pohon di kawasan Monas untuk pembangunan trek balap Formula E.

Tidak ada satu pun berita di media mainstream yang menulis bahwa pada bulan Januari Anies telah memohon-mohon ke pemerintah pusat agar segera dilakukan tes Covid-19 di Jakarta. Pun di media sosialnya, tidak ada postingan terkait tes virus corona. Sebab selama ini, jika hal itu menyangkut citra baiknya, ia pasti segera mengunggahnya di media sosialnya.

Namun nyatanya tidak ada. Fakta lain adalah bahwa Wuhan saja, daerah pertama virus corona ditemukan, baru melakukan lockdown pada pertengahan Januari. Negara-negara lain yang lebih dulu terinfeksi corona, seperti Korea Selatan, Hong Kong, dan Inggris misalnya, baru melakukan tes PCR kepada warganya pada akhir Januari hingga awal Februari.

Lalu kenapa Anies tiba-tiba ngomong gitu, seakan-akan Anies layaknya pemimpin paling peduli dengan nasib bangsa ini? Jika memang Anies sudah melacak kasus Covid-19 di DKI sejak Januari lalu, maka persiapan pemberian bansos di Jakarta tidak akan sekacau seperti sekarang ini. Jakarta seharusnya menjadi daerah yang paling siap.

Nyatanya kan tidak. Jakarta amburadul. Jadi sudah jelas. Bahwa maksud Anies menyampaikan pernyataan yang penuh kebohongan dan fitnah itu kepada pihak The Sydney Morning Herald dan The Age semata-mata hanya ingin menaikkan pamornya di mata internasional. Dan sebaliknya, ia ingin agar dunia mencemooh Indonesia dan Jokowi.

Saya berpikir begini, seandainya pun pemerintah pusat benar mempersulit Pemprov DKI untuk melakukan tes, jika ia memang benar-benar mencintai bangsa ini, tidak sepatutnya ia berbicara begitu ke media asing. Sebab hal itu justru akan mencoreng wajah Indonesia di mata dunia. Cukup diselesaikan di dalam negeri saja. Tidak perlu bangsa lain tahu.

Konon lagi jika tidak benar, saya mau katakan: terkutuklah Anies! Hanya karena dendamnya yang begitu membara kepada Jokowi, ia menebar kebohongan dan fitnah ke dunia luar, agar Indonesia dipandang jelek. Agar dunia internasional mencemooh Indonesia. Tapi saya yakin, segala upaya jahatnya itu tidak akan berhasil. Yakinlah, dunia lebih mengenal Jokowi ketimbang Anies. Dunia juga lebih memercayai Jokowi ketimbang Anies. (seword)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar