Joko Widodo memiliki visi yang jauh, kalimat-kalimatnya ditunggu-tunggu oleh para pemimpin dunia, bahkan yang ahli sekalipun dalam bidangnya, seringkali mengikuti pemikiran Joko Widodo. Joko Widodo sepertinya tidak berjarak dengan masa depan.
Dia bisa melihat dengan kaca mata masa depan, antara dirinya dan Covid 19. Jalan Joko Widodo memang penuh dengan liku, namun ia tahu kepastian akan hari depan. Ia memiliki mata yang bisa melihat ke atas, depan dan lewat mata elang.
Dalam kasus Covid 19 ini, Jokowi meminta kita untuk bisa berdamai dengan Covid 19 untuk beberapa waktu ke depan. Kalimat Jokowi ini pahit, tapi mendewasakan dan bisa membangkitkan semangat masyarakat untuk semakin melawan Covid 19, lewat perdamaian yang dikampanyekan oleh Jokowi.
Covid ini ibarat tamu tak istimewa yang tidak diharapkan datang ke dunia ini. Global pandemic Covid 19 membuat semua mata tertuju kepadanya. Kemanapun Covid melangkah, Covid adalah bintangnya, dengan begitu teristimewa dan dilihat oleh seluruh dunia. Dari strukturnya yang menyerupai duri-duri dan crown, Covid 19 adalah cerminan sempurna dari sebuah penyakit.
Di balik semua cahaya garis-garis lengkung yang seksi, dunia diperlihatkan kebahayaan dari Covid 19. Lantas apa yang harus kita kerjakan, ketika tidak bisa kita lawan? Mau tidak mau kita harus berdamai. Dengarlah suara-suara dari pemerintah, bahwa mulai sekarang, akan disampaikan bahwa hasrat suci dari Presiden Joko Widodo, ingin berdamai dengan Covid. Karena memang tidak bisa kita lawan dengan apapun. Lock down tidak bisa diterima.
Lock down akan ditolak rakyat dan hancurkan Indonesia. Keyakinan Joko Widodo, melihat bahwa yang terbaik untuk kali ini adalah berdamai dengan Covid 19. Dengarkanlah sang pemimpin bernama Joko Widodo itu.
Dan Jokowi berjanji akan membuat Covid menjadi kenangan terindah yang bisa diingat saja. Bukan untuk dinikmati. Rakyat kuat tanpa Covid 19. Rakyat rentan karena Covid 19. Tapi berdamai memang satu-satunya cara.
Bagaimana kalimat merdu Joko Widodo?
7 Mei 2020.
Artinya, sampai ditemukannya vaksin yang efektif, kita harus hidup berdamai dengan Covid-19 untuk beberapa waktu ke depan…
Dengan PSBB masyarakat masih bisa beraktivitas, tetapi memang dibatasi. Masyarakat juga harus sadar membatasi diri, tidak boleh berkumpul dalam skala besar…
Silakan beraktivitas secara terbatas, tetapi sekali lagi ikuti protokol kesehatan. Semua ini membutuhkan kedisiplinan kita semuanya, kedisiplinan warga, serta peran aparat yang bekerja secara tepat dan terukur…
kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, dalam video yang diunggah Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden, Kamis (7/5).
Dan yang paling luar biasanya, kalimat Jokowi untuk berdamai dengan Covid 19, kemarin ini langsung dikutip oleh WHO. Peneliti WHO ini juga satu suara dengan Joko Widodo. Peneliti WHO memahami bahwa penting untuk manusia menyiapkan hati untuk hidup berdampingan dengan Covid 19.
Dari sini, saya jadi semakin sadar, bahwa masa depan ada di tangan Indonesia. Kalimat Joko Widodo sangat maju ke depan, menembusi batasan-batasan waktu. Memang saat ini, belum saatnya kita untuk berpisah dengan Covid 19.
Sulit untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Covid 19. Sebab mungkin Covid akan kembali meski kalian benci. Di dalam hati, mungkin kita ragu dengan Jokowi. Mungkin kalian telah lama menutup diri terhadap pandangan luas Jokowi. Kini tiba waktunya untuk berhenti saling benci.
Akan tetapi, percayalah bahwa kalimat-kalimat yang dikatakan oleh Jokowi, adalah yang terbaik untuk Indonesia. Maka Covid tidak lama lagi akan menjadi kenangan terindah dalam hidup kita. Memang tak mudah bagi kita untuk membuat Covid meninggalkan Indonesia yang sudah terukir di belasan ribu orang.
Mari kita simak ucapan dari Mike Ryan, peneliti dari WHO tentang hidup berdampingan dengan Covid 19.
14 Mei 2020
Penting untuk memperhatikan hal ini. Virus ini mungkin hanya menjadi virus endemik lain masyarakat, namun virus ini mungkin tidak akan pernah hilang. HIV belum hilang, beberapa dari kami juga telah sepakat dengan virus ini…
Saya pikir penting bagi kita untuk realistis dan saya tidak berpikir siapapun dapat memprediksi kapan penyakit ini akan hilang. Saya pikir tidak ada janji dalam hal ini. Penyakit ini dapat menjadi masalah yang panjang, bahkan mungkin bisa selamanya…
ujar Seorang peneliti dari WHO, Mike Ryan.(14/05/2020)
0 Komentar