Tagar #KitaPercayaJokowi menggema di jagad Twitter di tengah penanganan pandemi Covid-19. Ini sebagai bukti rakyat makin berpihak dengan Jokowi dan mulai meninggalkan provokasi dari oposisi busuk.
Sejumlah kebijakan penanangan pandemi Covid-19 dengan memberikan ruang gerak ekonomi masih terus berjalan layak untuk didukung.
"Keputusan Jokowi untuk tidak melakukan lockdown memberikan kesempatan bagi pelaku ekonomi untuk tetap berusaha, meskipun ada sejumlah pembatasan yang diberlakukan," ujar Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indometer Leonard SB.
Berdasarkan hasil hasil survei Indometer juga menunjukkan tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi masih tetap tinggi di tengah pandemik Covid-19, yakni mencapai 70,1 persen. Tingkat kepuasan yang sangat tinggi menunjukkan bahwa Jokowi tetap dipercaya oleh publik.
Direktur Eksekutif Political and Policy Public Studies (P3S) Jerry Massie menilai, desakan sengaja dimainkan oleh kelompok tertentu, yang kemudian berharap terjadi krisis kepercayaan terhadap Presiden Jokowi tidak tepat. Sebaiknya, diberikan kesemptan bai pemerintah untuk berbenah dalam upaya menangani pandemi Covid-19.
Ia mendorong pemerintah fokus tangani pandemi dan perluas vaksin, serta gunakan kebijakan pembatasan sosial dengan tepat.Sebetulnya Jokowi juga memilih orang yang tepat, berpengalaman, bijaksana dan juga cakap dalam mengatasi krisis. "Hanya saja saya nilai selama ini titik lemah dikoordinasi dan komunikasi, keterbukaan," kata dia.
Namun karena kelemahan koordinasi dan keterbukaan itulah, kata Jerry, seakan kepemimpinan Presiden Jokowi diragukan dalam mengatasi masalah pandemi Covid-19 di Tanah Air. Apalagi publik masih percaya. Ini terlihat dari dukungan publik di dunia maya dengan tagar Kita Percaya Jokowi, yang menjadi trending nomor tiga nasional pada Kamis (22/7).
Ia juga menyarankan agar di lingkaran pemerintah tidak memunculkan narasi macam-macam, seperti menyebut narasi 'Darurat Militer'."Saya sarankan jubir presiden yang bicara atau jubir Covid-19 untuk penanganan corona biar tidak salah kaprah," tegasnya.
Dia pun menilai, ada oknum-oknum di lingkaran Presiden Jokowi yang tidak peka terhadap krisis dan terus memelihara manajemen konflik dan mengulur waktu untuk menciptakan tembok jarak presiden dibanding menyatukan kepercayaan publik, di tengah berpacunya waktu hadapi keganasan pandemi, sehingga terjadi krisis kepercayaan terhadap pemerintah.
Dia berharap, para oknum ini bisa duduk bersama demi menyelesaikan persoalan kemanusiaan. Apalagi cuma rekonsiliasi konflik pasca Pilpres 2019 di tengah pandemi yang merenggut kesempatan hidup dan usaha jutaan orang. "Sinergi pemerintah akan menjaga kepercayaan," tutupnya. (snd)
0 Komentar