Edy : UAS Sudah Seperti Keluarga Saya, yang Berani Menghinanya Akan Saya Sumpal Mulutnya Pakai Granat!!!


Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi menyatakan Ustaz Abdul Somad (UAS) merupakan seorang ulama panutan dan sudah seperti kerabat sendiri.

"Sebagai seorang ulama panutan, beliau juga sudah seperti sahabat bahkan keluarga saya sendiri," kata Edy dalam unggahannya di Instagram @edy_rahmayadi, Rabu (18/5).

Menurutnya sikap tawadu dan keluwesan ilmu yang dimiliki UAS menjadi inspirasi bagi masyarakat agar selalu semangat dalam belajar agama.

"Serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, " ujar Edy.

Oleh karena itu, Edy berharap semoga UAS diberikan umur yang panjang, kesehatan serta kekuatan dalam mengabdikan diri kepada agama, bangsa, dan negara.

"Dan senantiasa berada dalam lindungan dan Rahmat Allah, " bebernya.

Di lain kesempatan, Edy sempat mewanti-wanti agar jangan ada yang mengganggu atau menghina keluarganya. Karena juga Edy sudah marah, maka bisa 'selesai' semua.

UAS saat ini menjadi sorotan publik nasional usai kedatangannya ditolak oleh pemerintah Singapura. Pemerintah Singapura mengakui telah menolak kedatangan Ustaz Abdul Somad karena beberapa alasan.

Mengutip situs resmi Kementerian Dalam Negeri Singapura, salah satu alasannya yakni karena Abdul Somad pernah merendahkan penganut agama selain Islam.

"Dia juga membuat komentar yang merendahkan penganut agama lain, seperti Kristen, dengan menyebut salib Kristen sebagai tempat tinggal 'jin kafir'. Selain itu, Somad secara terbuka menyebut non-Muslim sebagai kafir," mengutip situs resmi Kemendagri Singapura.

"Somad dikenal menyebarkan ajaran ekstremis dan segregasi, yang tidak dapat diterima di masyarakat multi-ras dan multi-agama Singapura," imbuhnya.

Pemerintah Singapura juga tak mau menerima kedatangan Somad karena pernah berceramah aksi bom bunuh diri sah jika dikaitkan dengan konflik Israel-Palestina. Bahkan Somad menganggapnya sebagai perjuangan dan mati syahid.

"Pemerintah Singapura memandang serius siapapun yang menganjurkan kekerasan dan/atau mendukung ajaran ekstremis dan segregasi," mengutip situs resmi Kemendagri Singapura. (cnn)

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar